Cerita Dibalik Cagar Budaya Banten Lama
Masih ingat dengan istilah bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, nah cagar budaya merupakan peninggalan sejarah dan mempunyai banyak cerita didalamnya, sebagai bangsa yang menghargai jasa para pejuang yang terdahulu yang telah menjaga bumi pertiwi ini dari tangan penjajah, untuk mengenangnya maka cagar budaya wajib kita lestarikan.
Karena meski bagaimana pun juga, bangunan lawas memiliki nilai tersendiri sebagai pengingat akan perkembangan yang dialami sebuah daerah. Dan menjadi sebab juga bangsa Indonesia ada.
Warisan cagar budaya sangat bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan generasi yang akan datang Karena benda cagar budaya dapat di eksplorasi untuk ilmu pengetahuan. Seperti beberapa situs di Cagar Budaya Banten Lama, sebulan kemarin saya mengunjungi cagar budaya bersama beberapa teman kagum dengan latar belakang kisah didalamnya.
Cagar Budaya Banten Lama
Ada feel tersendiri begitu menginjak kaki di antara reruntuhan tetapi sedikit miris karena area sedikit kurang terpelihara masih banyak tangan-tangan jahil menorehkan nama lewat cat dan pilox, mungkin karena kurangnya pengawasan didaerah cagar budaya ini. Atau keisengan yang sebenarnya mengerti itu tempat bersejarah akan tetapi tidak peduli.
Sebelum mengupas satu persatu apa saja Cagar Budaya yang ada di Banten Lama, apa yang dimaksud dengan Cagar Budaya? Cagar Budaya adalah warisan Budaya yang bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama. Nah, Cagar Budaya boleh digunakan selama tidak merubah bentuk, struktur warna bangunan tersebut.
Keraton Kaibon
Hari pertama kita menuju Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Keraton kaibon menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita kejayaan Kerajaan Banten Lama, dibangun pada tahun 1815. Keraton Kaibon dibangun sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah. Hal ini dikarenakan Sultan Syafiudin sebagai Sultan Banten ke 21 saat itu usianya masih 5 tahun. Nama Kaibon sendiri dipastikan diambil dari kata keibuan.
Keraton Kaibon dibangun menghadap barat dengan kanal dibagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju ke Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.Walaupun tinggal puing-puing namun masih ada sisa bangunanya yang ketika masuk terlihat jelas adalah bangunan yang menyerupai masjid. Bangunan masjid ini berada di sisi kanan gerbang. Selain pilar yang masih utuh, di dalam bangunan tersebut juga terdapat mimbar yang berfungsi sebagai tempat berdirinya khotib.
Dibagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini mengikuti jumlah shalat dalam satu hari yang dilakukan umat muslim. Gerbang yang bergaya Jawa dan Bali ini memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk Candi Bentar sebagai motifnya. Tahun 1832 Keraton Kaibon dihancurkan oleh pihak Belanda yang dipimpin oleh Gubernur VOC saat itu, Jendral Daen Dels. Penyerangan dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak dengan keras permintaan sang jendral untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer
Sayangnya banyak sekali coret-coretan yang tidak bertanggung jawab sehingga mengurangi estetika sejarah, semoga saja pihak terkait bisa mengawasi orang-orang yang berkunjung sehingga keaslian warna reruntuhan tetap terjaga.
Benteng Spellwijk
Hari semakin panas akhirnya kita menuju Benteng Speelwijk terletak di kampung Pamarican. Benteng ini dibangun pada masa kesultanan Banten yang berfungsi untuk menahan serangan dari laut, letaknya berada persis di sisi utara kesultanan. Benteng itu hampir 70% tinggal reruntuhan juga yang terlihat nyata dan masih kokoh adalah gerbang dan beberapa sudut benteng ini meninggalkan bentuk bangunan yang masih bisa dinikmati dan diketahui fungsinya.
Benteng Spellwijk |
Walaupun akhirnya dikuasai oleh Belanda karena anak dari Sultan Agung Tirtayasa yaitu Sultan Haji terbujuk oleh rayuan Belanda. Benteng ini diduga mempunyai dua fungsi, yakni sebagai pertahanan dan pemukiman. Di areal benteng, tepatnya di sisi luar sebelah selatan terdapat pemakaman orang asing yang disebut kerkhoff.
Melihat kondisi bangunan cagar Budaya ini memang tidak semenarik mall atau taman hiburan yang sering kita jumpai. Dan ini yang menyebabkan sepi pengunjung padahal masuknya free dan pastinya kalau disana ada tour guide yang bisa menceritakan tentang sejarah cagar budaya ini. Kita hanya membayar sukarela.
Dan cagar Budaya merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat. Bagaimana Cagar Budaya ini bisa menjadi menarik pengunjung?bukan hanya anak-anak sekolah yang ingin belajar sejarah tetapi Juga masyarakat umum yang mengajak keluarganya agar cagar Budaya Banten Lama ini menjadi tujuan travelling. Yang perlu diperhatikan juga mudahnya transportasi umum yang menjadi mediator.
So, Mari kita jaga bersama Cagar Budaya yang menjadi bukti bahwa ada banyak jasa para pejuang yang mempertahankan bangsa ini dari tangan penjajah. Meskipun tinggal reruntuhan jangan rusak keaslian dengan tangan jahil kita untuk mencoret -coret dindingnya. Bukan tidak mungkin apabila di Banten Lama ada saksi bisu sejarah yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Banten dan Cagar Budaya ini jika dikelola dengan baik akan menambah pendapatan pemerintah daerah jika banyak wisatawan dalam maupun luar negeri yang datang.
Sebenarnya masih banyak Cagar Budaya Banten Lama yang bisa kita kunjungi seperti Keraton Surosowan, Vihara Avolakistavara, Gedung Juang 45 , sayangnya gedung ini halamannya dijadikan tempat parkir rumah sakit jadi tidak begitu kentara kalau dilihat dari luar dan Museum Negeri Provinsi Banten yang sampai sekarang setiap tahunnya suka di pakai untuk acara 'seren taun' oleh masyarakat Baduy.
Mari kita jaga cagar Budaya ini yang merupakan warisan nasional yang kelak akan menjadi warisan dunia, disetiap peninggalannya pasti ada cerita dibalik Cagar Budaya Banten Lama yang harus kita ketahui.
Yuks sebagai tanda kepedulian kita ikuti lomba blog competition yang diadakan oleh Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis didukung oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Utieadnu.
No comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meninggalkan jejak di blog saya mudah-mudahan bermanfaat, Jangan tinggalkan Link URL BlogPost ya,,, makasih🙏