Explore Kota Tua Bersama Keluarga
Jakarta masih punya segudang pesona dan harapan bagi yang pertama kali datang. Begitupun dulu dengan ayah saya merantau ke sini mengajak ibu, berawal menjadi pedagang kemudian menjadi pegawai negeri. Jakarta masih merupakan kota tempat impian terwujud. Hutan gedung yang menjulang tinggi, jalanan yang ramai dengan kendaraan menjadi pandangan setiap hari. Tapi dibalik itu semua Jakarta mempunyai sejarah yang mengagumkan.
Kadang tidak cukup untuk satu hari explore dari tempat satu ke tempat lainnya. Nah biasanya ketika berkumpul weekend saya menghabiskan waktu bersama anak-anak untuk memperkenal kota Jakarta dari sisi lain. Karena rumah kami di Depok, 3 atau 4 hari sebelumnya saya hunting hotel murah di Jakarta. Tujuannya sih biar nyaman dan praktis saja bebas dari kewajiban rumah sesekali.
Biasanya saya cari hotel murah di Jakarta lewat Pegipegi, caranya muda sih tinggak klik menu Hotel dan lokasi kamu, kemudian berapa kamar yang kita pilih makan akan berderet nama-nama hotel yang bisa kita pilih, setelah memilih hotel biasanya kita mengisi informasi kontak kemudian setelah baru pilih metode pembayaran. Nah kemarin saya memilih Gondia Guesthouse Cikini karena dekat sekali dengan stasiun. Cerita tujuan kali ini ingin berpetualang daerah Kota Tua, Museum Bahari dan Pelabuhan Sunda kelapa.
Explore Kota Tua, Musuem Bahari dan Pelabuhan Sunda Kelapa
Saya chek-in di Gondia Guesthouse hari sabtu sekitar pukul 5 sore karena paginya akan berkeliling ketiga tempat. Tempat ini dipilih atas perseutujuan bersama
Kota Tua
Tepat hari sabtunya kira-kira pukul 06:00 kita sudah berada di kereta jurasan Kota. Tempat pertama yang akan disinggahi adalah Kota Tua. Sengaja memilih naik transportasi umum agar lebih leluasa menikmati suasana perjalanan, dan tentunya biar ada sensasinya petualangan kami.
Sesampai di Kota Tua tepat pukul 07:30 dan masih sepi. Lumayan sekali nih bebas untuk berfoto diberbagai sudut dan bisa leluasa keliling naik sepeda hias. Oh iya di Kota Tua ini kita mengunjungi Museum Fatahillah yang disebut juga dengan Museum Kesejarahan Jakarta atau Museum Batavia.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Katanya Gedung ini dulunya adalah Balai Kota Batavia yang dalam bahasa Belanda disebut Stadhuis van Batavia. Bentuk bangunan tersebut menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Masuk museum ini tiketnya murah hanya Rp 5000 orang dewasa, Rp 3000 untuk mahasiswa dan Rp 2000 anak-anak/ pelajar.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Katanya Gedung ini dulunya adalah Balai Kota Batavia yang dalam bahasa Belanda disebut Stadhuis van Batavia. Bentuk bangunan tersebut menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Masuk museum ini tiketnya murah hanya Rp 5000 orang dewasa, Rp 3000 untuk mahasiswa dan Rp 2000 anak-anak/ pelajar.
Diluar Museum Fatahilah biasanya sering kita jumpai Art Street Kota Tua Jakarta yang artinya kita akan menemukan suasana unik. Pertunjukan seniman jalanan. Seperti manusia patung, ada pelukis kadang kalau lagi beruntung nih suka ada juga pertunjukan pantomim.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Setelah puas berjalan sekitar Kota Tua kita berjalan ke arah utaranya lagi menuju Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat inipun mempunyai sejarah sendiri yang dulunya merupakan tempat persinggahan kapal-kapal asing. Dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Pelabuhan ini sekarang hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di Indonesia. Namun mengingat memiliki nilai sejarah yang tinggi, kini pelabuhan ini dialih fungsikan menjadi situs sejarah. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di sekitar wilayah pelabuhan kini dijadikan Museum. Ada Ada beberapa museum di sekitar pelabuhan, salah satunya seperti Museum Bahari.
Oh iya Pelabuhan ini dibuka setiap hari dengan tiket Rp 2.500 per orang dan untuk parkir mobil Rp 4.000.
Museum Bahari
Dekat dengan Pelabuhan Sunda kelapa, kita berjalan lagi ke Museum Bahari. Karena matahari cukup terik jangan lupa kalau berkunjung kesini membawa bekal air minum yang banyak. Dan mengenakan topi atau payung, agar terhindar dehidrasi
Jaman dulu gedung ini berfungsi sebagai gudang penyimpanan, pemilihan, penjemuran, dan pengepakan rempah-rempah. Pada saat itu rempah yang banyak di sini seperti kopi, dan teh. Selain itu sisi barat Museum Bahari dulunya dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat.
Beralih ke masa pendudukan Jepang, bangunan ini hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Bangunan digunakan untuk tempat penyimpanan persenjataan dan bahan pangan.
Nah, Di tempat ini para pengunjung dapat mempelajari kemaritiman, serta melihat armada pertahanan laut Indonesia tempo dulu. Koleksi dalam museum Bahari pun sangat beragam jenisnya. Mulai dari jangkar kapal laut, navigasi perkapalan, meriam, teropong, serta miniatur kapal-kapal nelayan. Selain itu, museum ini juga menampilkan Matra TNI AL dari masa ke masa. Untuk masuk ke museum Bahari ini murah meriah orang dewasa membaya Rp 2000,- sedangkan pelajar dan anak-anak cukup Rp 1000,-
Hari semakin sore, akhirnya kita balik lagi ke Stasiun Kota untuk beristirahat ke hotel. Memang tidak cukup satu harian untuk menglilingi wilayah Kota Tua, masih banyak tempat yang belum kita singgahi. Next sampai bertemu kembali dengan cerita travellingan kami. Meskipun hanya di Jakarta tetap petualangan ini seru dan menambah nilai edukatif pada anak-anak agar bisa menghargai sejarah.
utieadnu
*sejarah kota Tua, Sunda Kelapa, Museum Bahari sebagian diambil dari wikipedia
No comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meninggalkan jejak di blog saya mudah-mudahan bermanfaat, Jangan tinggalkan Link URL BlogPost ya,,, makasih🙏