Andaliman Rempah Toba dan Ekosistem Hutan
Teman pernah mendengar nama Andaliman bagi orang Batak tentunya sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Andaliman merupakan tanaman yang berasal dari marga Zanthoxylum. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di daerah Kabupaten Dairi, Siborong-borong, dan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Andaliman ini biasa digunakan oleh masyarakat Sumatera Utara sebagai bumbu khas batak, karena kulit luar buahnya memiliki citra rasa yang lezat yang memiliki rasa seperti jeruk dan memberikan rasa getir.
Tanaman Andaliman ini memiliki tinggi 1.5 hingga 3 meter yang memiliki batang dan cabang berwarna merah. Pada batang, cabang, dan rating tanaman andaliman ini terdapat duri. Buah andaliman ini terdapat di antara duri-duri pada batang bergerombol dengan ranting-ranting yang halus kecil. Bentuk buah andaliman ini mirip dengan merica yaitu bulat kecil, Andaliman muda memiliki warna hijau, yang matang berwarna merah dan yang sudah kering berwarna kehitaman.
Keunikan Andaliman terletak pada aromanya yang sitrus dan pedas tidak biasa. Ketika digigit, Andaliman menimbulkan sensasi mati rasa dan sengatannya seperti tertinggal di lidah. Nah. Andaliman merupakan rempah yang masuk dalam suku jeruk-jerukan. Disebut sebagai 'merica batak' karena memang rempah ini begitu terkenal di Sumatera Utara.
Sejauh ini, Andaliman banyak dimanfaatkan sebagai bumbu khususnya oleh masyarakat sekitarnya. Andaliman juga sebagai pengawet bahan makanan, karena mengandung senyawa aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangam (pengawetan) dari berbagai kerusakan, perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan.
Ternyata manfaat Andaliman untuk kesehatan pun sangat banyak yaitu
- Sebagai antioksidan alami yang sangat baik untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap segala serangan radikal bebas
- Sebagai penambah darah alami
- Melancarkan peredaran darah dan menghindari penggumpalan
- Menyehatkan mata dan menjernihkan pandangan
- Menguatkan tulang dan gigi
- Menjaga kinerja otak
- Mencegah kulit wajah pucat
- Melancarkan menstruasi atau datang bulan
- Sebagai bahan untuk aroma terapi
Lalu bagaimana dengan masyarakat luar Sumatera Utara seperti saya misalnya yang baru mengenal Andaliman lebih dalam pada saat acara temu blogger dan jurnalist, dan ini pengalaman luar biasa bagi saya bertemu orang-orang yang begitu mencintai lingkungan. Dalam acara yang digelar oleh Yayasan Dr. Sjahrir yang ke-2, tepatnya di Almond Zucchini Cooking Studio yan bertajuk Andaliman Citarasa Danau Toba, hadir
- Dr, Amanda Katili Founder Omar Niode Foundation
- Ir. Murni Titi Resdiana MBA - Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim
- Dr. Ir Wan Hidayati MSI - Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinisi Sumatera Utara
- Marandus Sirait Pendiri Taman Eden 100.
Menurut Ibu Amanda, Andaliman merapakan salah satu kekayaan rempah Indonesia yang harus dilestarikan dari dulu kekayaan rempah Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Setiap masakannya menggunakan rempah dan bumbu yang khas sehingga citarasa yang dihasilkan begitu beragam. Rempah-rempah juga digunakan untuk membuat suatu sajian terasa lebih menggugah selera. Banyaknya rempah dan jenis bumbu yang digunakan masyarakat Nusantara, membuat beberapa diantaranya tergerus oleh zaman sehingga kini terlupakan.
Ibu DR. Amanda Katili |
Bagaimana caranya kita mengangkat citra Andaliman ke kancah internasional? Nah, karena Andaliman merupakan tanaman endemik yang tumbuh di sekitaran Danau Toba dan tanaman yang ramah lingkungan sehingga harmonis dengan masyarakat. Hal itu menjadi satu alasan mengapa Andaliman menjadi salah satu produk yang turut di promosikan di acara COP 24 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Katowice Polandia pada tanggal 10 Desember 2018 lalu.
Ternyata promosi Andaliman saat itu mendapat sambutan hangat dari pengunjung yang hadir dalam acara tersebut. Semua mencicipi produk-produk olahan Andaliman. Seperti sambal dan keripik, dan sajian masakan yang berbumbu Andaliman semua menyukainya dan hampir Semua produk olahan Andaliman laku terjual dan ini adalah peluang yang menjanjikan bagi Andaliman untuk bisa dipasarkan ke Eropa. Karena ternyata lidah orang eropa menyukai resep masakan yang tersaji.
Ibu. Ir. Murni Titi Resdiana MBA |
Andaliman Rempah Toba dan Ekosistem Hutan
Kemudian menurut Ibu Titi hal itu tentu saja merupakan kabar baik bukan hanya masalah produk Andaliman yang kini beraneka ragam tapi juga peran tumbuhan Andaliman yang pengaruhnya terhadap lingkungan dan iklim. Andaliman menjadikan momen terbaik untuk menghentikan perubahan iklim yang tidak terkendali yang tentu saja konsekuensi dengan pemanasan global.
Jika pemanfaatan Andaliman mulanya hanya sebatas rempah tentu saja tidak seimbang dengan upaya pelestarian tanaman Andaliman, maka tanaman Andaliman akan punah. Faktor kerusakan habitat seperti penebangan pohon Andaliman di daerah Sumatera Utara untuk kawasan perumahan adalah faktor utama dalam ancaman kepunahan tanaman tersebut.
Lanjut Ibu Titi saya ingin Andaliman bukan hanya untuk citra rasa nasional misalnya seperti nasi goreng andaliman, ayam goreng sambal andaliman tetapi Andaliman sebagai cita rasa international.
Kemarin katanya Ibu Nurmala Kartini Sjahrir membuat sendiri Spaghetti Aglo Olio Andaliman rasanya enak sekali, Andaliman juga bisa dibuat Pizza Andaliman yang ternyata rasanya juga lezat. Nah selain produk yang bisa dimakan sayapun ingin Andaliman sebagai pepper spray pelindung perempun jika travelling sendirian. Inovasi produk Andaliman harus terus dikembangkan karena manfaat untuk kesehatan ternyata banyak sekali Jika sudah berkembang maka rempah Andaliman Toba dan ekosistem hutan akan tetap terjaga.
Tentunya jika produk-produk Andaliman dikembangkan maka berhubungan juga dengan
- Pemberdayaan perempuan
- Peningkatan ekonomi lokal Danau Toba
- Terjaganya ekosistem hutan yang mengurangi dampak pemanasan global,
Menurut Ibu Wan Hidayati yang membuka dengan Horas!! Sebutan khas daerah Batak ini mengatakan Danau Toba adalah merupakan salah satu destinasi tujuan wisatawan para wisatawan domestik dan mancanegara. Nah Danau Toba ini terbentuk akibat letusan dahsyat gunung api (letusan katastrofik) di Sumatera Utara sekitar 74.000 tahun silam.
Ibu Dr. Ir Wan Hidayati MSI |
Letusan Gunung Api Toba Purba, tersebut menyisakan lekukan cukup dalam di dasar kaldera yang kemudian terisi air dengan kedalaman hingga mencapai sekitar 550 meter dan luas 1.130 km persegi. Kini kita mengenalnya sebagai Danau Toba.
Salah satu peristiwa geologi pasca pembentukan kaldera adalah terbentuknya Pulau Samosir. Pulau ini terbentuk akibat pengangkatan sebagian besar danau ke permukaan. Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan salah satu destinasi unggulan yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara.
Kawasan Danau Toba yang termasuk di dalamnya Pulau Samosir, ditetapkan menjadi Geopark Kaldera Danau Toba. Tentu saja berhubungan dengan rasa Andaliman yang unik yang hanya tumbuh disekitaran Danau Toba. Mungkin nanti jika ada rezeki saya akan membawa blogger kesana, waahh senang banget bu, mendengarnya soalnya belum pernah ke daerah sebrang.
Lanjutnya Geopark Kaldera Toba terus melakukan pembangunan dalam upaya memperkenalkan kawasan Danau Toba di mata dunia sehingga akan terus menambah para wisatawan, baik lokal maupun internasional. Lanjut Ibu Wan Hidayati ada 13 geosite dengan pemandangan yang indah yang bisa kita nikmati salah satunya Taman Eden 100 milik Bpk. Miradus Sirait. Dan Geopark ini masih dalam tahap observasi untuk masuk kedalam UNESCO Global Geopark.
Dengan masuknya geopark di Indonesia yang masuk dalam UNESCO Global Geopark, akan lebih memudahkan dalam mempromosikan destinasi wisata bahkan hingga ke level dunia. Tidak hanya untuk mendongkrak jumlah wisatawan asing atau turis, tapi juga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat sekitar objek wisata dan juga pemerintah asli daerah serta pendapatan negara.
Bpk. Marandus Sirait |
Sosok Dibalik Andaliman
Dialah Bpk Marandus Sirait orang paling kaya tetapi ternyata sangat sederhana mempunyai lahan seluas 5,5 hektar, dan lahan tersebut dipersembahkan untuk konservasi lingkungan Danau Toba yaitu Taman Eden 100 yang dikelola dengan konsep agrowisata
Taman Eden 100, adalah karya nyata dan bukti perjuangannya bagi lingkungan. Sebuah apresiasi yang setinggi-tingginya layak diberikan kepadanya. Hingga beberapa Kalpataru diperolehnya dan penghargaan itu pun saya nilai sangat wajar baginya.
Bpk Marandus menerima Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan tahun 2005, yang langsung diberikan oleh Bpk Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Cipanas, Bogor. Piala Wanalestari dari Mentri Kehutanan dan UGM Award dari Rektor Bpk Pratigno. Saat menerima penghargaan dari Bpk Preseiden katanya usianya masih 38 tahun, dan masih lajang mungkin termasuk kategori penerima Kalpataru yang termuda sampai sampai saat ini.
Saat awal pembuatan taman ini, sekitar tahun 1998, dia menjual semua alat-alat musiknya untuk memulai langkah awal niatnya yang tulus. Pastilah sangat berat karena katanya musik adalah kecintaannya, awalnya pernah menjadi guru musik di gereja dan guru musik bagi penyandang tunanetra perlahan ditinggalkan untuk membangun Taman Eden 100 ini.
Taman ini berada di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut. Taman ini sudah banyak dikunjungi disana kita bisa menikmati indahnya pemandangan yang menghijau sepanjang mata memandang. Taman eden adalah hutan lindung yang luas. Selain pohon hutan tropis, Taman Eden juga merupakan tempat konservasi tanaman endemik yang hanya ada di tanah Batak.
Tadinya Taman Eden 100 berawal dari lahan kelurga yang ditanami bermacam pepohonan oleh Bpk Mirandus dan orangtuanya. Lahan keluarga ini berbukit bukit, bukit paling tinggi ada 2500 m dari permukaan laut. Dulu katanya sempat ada yang ingin membeli seharga 1 Miliar. Untungnya orangtua beliau tidak jadi menjualnya, Saking cintanya pada lingkungan, Bpk Marandus memilih tanggal pernikahannya bertepatan dengan Hari Lingkungan Sedunia dan berbeda dengan adat khas Batak.
Tamu yang datang pada pesta pernikahannya dirayakan dengan melakukan aksi tanam pohon. Uniknya setiap tamu boleh menanam pohon tapi berbayar, dan boleh menorehkan nama masing-masing dipohon yang mereka tanam unik bangetkan....
Tapi ternyata menanam pohon itu mudah katanya merawatnya yang susah pernah menjual semua penghargaanya untuk mendanai pohon-pohon tersebut. Terus terang saat mendengar cerita ini antara kagum dan sedih, ternyata apa yang diperjuangkannya kini berhasil Taman Eden 100 menjadi salah satu Geo park dan banyak dikunjungi wisatawan.
Salah satu tanaman yang banyak dijumpai disana adalah Andaliman, Beliau bersyukur Andaliman hanya tumbuh ditanah Batak. Andaliman hanya bisa tumbuh di ketinggian 1100m sampai dengan 1500m Dpl, di hawa dingin, pohon berbatang kuat, bukan merambat. Batang-batangnya berdahan banyak, daunnya kecil-kecil, mirip seperti bunga mawar. Di sekujur batang, ranting, dari bawah ke ujung dipenuhi duri-duri yang tajam. Namun duri andaliman lebih besar dan kokoh. Tinggi pohon rata-rata 2-4 meter, jarang lebih dari 5 meter. Usia produktif kurang dari 7 tahun. Buahnya muncul dari antara duri-duri itu, lazimnya diapit duri-duri, buah tumbuh di antara duri. Memetik andaliman perlu konsentrasi tinggi karena banyaknya duri. Buahnya kecil-kecil, butirannya lebih kecil dari merica.
Sebenarnya menanam Andaliman tidak begitu banyak memerlukan perhatian serius dan membutuhkan perawatan, akan tetapi membutuhkan tanaman lain untuk pelindungnya. Andaliman sangat cocok ditanam diantara tanaman kopi karena pohon kopi bagus sebagai pelindung.
Sempat saya didatangi beberapa orang dari sebuah TV Swasta yang ingin melihat pohon Andaliman tetapi tidak bertemu sampai jauh berjalan kedalam hutan. Akhirnya dari peristiwa itulan Bpk Marandus ingin membudidayakan Andaliman di Taman Eden 100. Kini Taman Eden 100 sangat banyak dikunjungi wisatawan, bisa dijadikan lokasi perkemahan, mendaki gunung, ada air terjun 2 tingkat dan juga untuk penelitian flora dan fauna.
Membawa Andaliman ke Dunia International
Bpk Marandus bercerita sebenarnya dia tidak suka berpergian jauh apalagi naik pesawat. Waktu ke Polandia pun, hampir gelisah karena lama sekali perjalannya akan tetapi ketika sampai disana ternyata sambutan sangat luar biasa. Beberapa jenis produk yang dibawa ke pameran habis terjual, Nah diacara kemarinpun Bpk Mirandus berseloroh agar kita semua membeli produk-produk Andaliman supaya dia bisa pulang ke Sumatera katanya.
Beberapa produk Andaliman produksi Taman Eden 100 yang menjadi oleh-oleh khas Danau Toba, produk-produk ini bisa dilihat di instagram @andalimanta.
- Sambal Andaliman
- Roti Ketawa Andaliman
- Keripik Andaliman
- Kacang Telur Andaliman
- Kacang Tojen Andaliman
- Sasagun
- Bandrek andaliman
- Andaliman kering
- Merica Bubuk andaliman
Kemasan Andaliman Kering |
Sambal dan merica Andaliman |
Produk-produk Andaliman |
Akhirnya acara diakhiri dengan melihat cooking class bersama chef Rahung Nasution yang membuat Sate Ikan Andaliman dan Nasi Goreng Bumbu Tombur. (Nah resepnya sudah ada di blog kuliner saya) dan makan siang yang disajikan oleh Almond Zucchini hampir semuanya memakai rempah Andaliman.
Baca juga : Resep Ikan Lilit Andaliman
Baca juga : Resep Ikan Lilit Andaliman
Chef Ruhung Nasution dan Koki dari Almond Zuccini |
Nasi Goreng Bumbu Tobur |
Sate ikan andaliman |
Semoga saja dengan berkembang produk-produk Andaliman, yang merupakan bagian dari hasil hutan bukan kayu ini, ekosistem lingkungan terutama hutan turut terjaga. Andaliman rempah toba dan ekosistem hutan merupakan bagian dari cita-cita Yayasan Dr Sjahrir yang peduli dengan lingkungan dan kekayaan sumber alam Indonesia. Semoga dari tulisan ini akan muncul banyak orang-orang seperti Bpk Marandus Sirait yang mempunyai lahan yang luas tetapi diperuntukkan untuk pemulihan, pelestarian, perlindungan dan pengawasan integritas ekosistem.
Taman Eden 100
Desa Sionggang Utara, Kec Lumban Julu
Kab, Tobasa , Sumatera - Utara
No comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meninggalkan jejak di blog saya mudah-mudahan bermanfaat, Jangan tinggalkan Link URL BlogPost ya,,, makasih🙏