Ini pengalaman pertama lima tahun yang lalu,
mengajar di sebuah sekolah menengah swasta
ternama bukanlah hal yang mudah, rata-rata anak murid di sini adalah anak-anak
dari kalangan atas, pernah melihat drama korea “F4” seperti
itulah, pertama saya masuk kelas, sama sekali tidak saya di anggap mereka sibuk dengan urusan
masing-masing, ada yang bicara satu sama lainnya, ada yang asik dengan notebook
dan ada yang asik dengan buku cerita, bisa merasakan
posisi saya seperti apakan.
Melihat
semua gelagat itu saya tidak ambil sikap untuk marah-marah apalagi sambil
menggetok meja untuk mencuri perhatian mereka,
karena sistem kelas ini satu guru satu grup dan masing-masing mempunyai
grup di notebooknya, waktu itu saya hanya duduk dan menulis seperti ini.
“Hai,,, semua salam
kenal saya guru baru disini, saya tidak akan bisa mengajar kalau kalian masih
sibuk dengan urusan masing-masing, saya hanya ingin berkata apa yang kalian
lakukan sekarang ini kelak akan kalian rasakan, suatu saat kalian mungkin akan
memimpin rapat besar tapi nanti anak-anak buah kalian , ada yang tidur, bicara
satu sama lain bahkan tidak menganggap kalian ada. Kalian adalah anak-anak
yang cerdas, cantik, ganteng yang pasti mempunyai karakter yang baik, tapi
jika tidak mempunyai rasa hormat pada orang lain maka kalianpun sepanjang hidup
nanti tidak akan pernah dihormati. Dan saya akan diam disini selama jam
pelajaran saya mengajar belum habis. Salam sayang dan hormat, murid-muridku”
Dan
ketika membaca “notification” dari saya mendadak kelas ini terdiam dan memperhatikan
dengan tatapan mata yang bermacam-macam, ada yang sinis bahkan ada juga yang
mau tahu, Saya memulai pembicaraan..” ok! kelas,, saat ini saya tidak akan menyuruh kalian mendengar
apa yang saya katakan, tetapi justru
sebaliknya, saya ingin mendengar apa yang kalian inginkan selama ini, cukup waktu
15 menit membuat konsep , kemudian 20 menit bicara di depan sini. Ibu yakin
kalian bisa semua,!” suasana kelas
kembali gaduh, tapi kali ini gaduh yang tertib.
Setelah
itu hening beberapa saat saya berjalan mendatangi tempat duduk anak-anak murid,
ada yang baru menulis sebaris, ada yang tiga baris bahkan ada yang kosong, saya
hanya tersenyum kecil dan ketika waktu 15 menit, peristiwa itulah yang membuat
saya semakin akrab dengan mereka ada yang mengungkapkan ingin menjadi perancang busana tetapi di tentang orang tuanya, ada yang diam-diam sering main musik tanpa
sepengetahuan orang tuanya juga, bahkan ada yang berdiri di depan tetapi hanya
diam sambil menggaruk-garuk kepala, 10 orang murid ini sangat istimewa dalam
hal nilai akademik mereka di atas rata-rata semua, dan mereka juga terbiasa keinginannya dipenuhi tanpa
bersusah payah, pelayan di rumah mungkin lebih dari satu tinggal tunjuk
semua akan terpenuhi. Tetapi ada kunci yang dipegang dari mereka semua, mereka
ingin mempunyai seseorang yang bisa mendengarkan apa kata hatinya, mendengar keluh kesahnya, mendengar semua mimpinya dan bukan semata karena keinginan orang tua, walaupun sebagian mereka ada yang ingin menjadi pengusaha sukses seperti kedua orangtuanya.
Rasa
percaya diri mengajar mereka adalah menjadi teman hati bukan menjadi pendikte, teman yang dihormati
tentunya, karena menjadi guru yang baik
bukan harus melulu memberi pelajaran, memberi perhatian di ruang hati mereka
yang lain pasti menjadi arti tersendiri yang tidak ternilai, apalah arti motor matic yang saya pakai setiap hari mengajar, dengan mobil mewah yang menjemput
mereka, tetapi mereka berebut untuk mengambil kunci motor saya,
ketika jam pelajaran pulang untuk minta dibonceng. Seperti drama memang tapi itulah kenangan yang mungkin tidak akan dilupakan, setelah dua tahun mereka lulus saya mengundurkan diri dari sekolah tetapi pihak sekolah tetap meminta saya untuk tetap menjadi guru sesekali atau guru tamu, kesepuluh
anak ini sedang mengejar ilmu dan hampir semuanya di luar negeri sana, ada
sebagian yang masih sesekali mengirim email sekedar bertanya menanyakan kabar dan ada sebagian yang datang jika liburan sekolah mereka masih mengunjungi
saya dan anehnya minta diboncengi motor.
Untuk
Meila, Nara,Angel, Alika, Anna, Thomas,
Simon, Yoga, Zee dan Andri, ketika kalian membaca blog ini, rasa rindu ibu
membuncah mengenang waktu tiga tahun
yang telah kalian berikan, tetap semangat menempuh cita-cita dan tetap menjadi
seseorang yang berkarakter baik. Kalian arti dari #MemesonaItu semua, menjadi
teman hati, menjadi seseorang yang berarti, dan menjadi
seseorang yang disayangi meskipun tidak ada ikatan saudara, memberikan pengalaman
lain yang lebih berwarna ketika ibu masih seusia kalian, "miss you all".
Wah kece banget, bisa ngebayangin nih betapa kerennya nih bangunan dan fasilitas sekolahnya. Dan aku suka dengan kalimat yang diungkapkan pertama ketika menjadi dan memperkenalkan guru baru, bener banget deh itu langsung makjleb sehingga bikin mereka langsung ngeh dan belajar menghargai orang. Yess selamat itu salah satu cara memesona yang menarik hihi
ReplyDeleteKata2 kunci biar mereka tahu #MemesonaItu bisa lewat sikap dan perkataan..
DeleteWaaah ngajar di sekolah mana nih sekolah anak-anak #horangkaya semua ya? haha. Duh kebayang gimana awalnya ngajar mereka secara saya juga pernah ngajar juga.
ReplyDeleteNgga bisa d sebut mba,,, pokok suka dengan lingkungan skrng hd tmbh akrab dg guru dan murid
DeleteDuh aq jadi ngebayangin adegan drakor hrehe..tapijadi inget juga temen yg ngajar di smk dan murid muridnya jadi kaya temen semua..
ReplyDeleteSaya terharu banget baca tulisan ini. Mungkin karena kangen dengan sekolah swasta di mana anak-anak saya mendapat pengajar yang baik-baik semua :)
ReplyDeleteSeru kalau mereka curhat kadang bisa kita nangis dan tertawa juga
DeleteWah seru sekali ceritanya, sekarang masih mengajar? Menjadi Ibu guru yang disayang murid-muridnya itu tentu tidak mudah ya. Sukses selalu.
ReplyDeletewah memang betul ya murid dijadkan yeman hati bikin mereka akan deket dg gurunya
ReplyDeleteDUlu cita-citaku jadi guru mba :-D
ReplyDeletetapi kadang bediri di muka umum maish nervous gitu hehehhe
sampe sekarang selalu bangga dengan orang-orang yang terjun di dunia pendidikan.
Pake Vitalis mba hiks jadi lebih pede #promo
DeleteAku selalu salut sama guru yg bs memposisikan diri sbg taman. Lebih ketangkep dg pg pendekatam sprti itu, dibanding yg pendikte ya
ReplyDeleteWah kalau ngajar di sekolah, energinya mesti lebih ya, Mba Utie, haha... Iya selama bisa dekat dg anak2, kehadiran kita pun diterima ya :D
ReplyDeleteAku baru tahu nih tahu kalau dulu mba Utie adalah guru. Hehhee
ReplyDeleteKalau jadi orangtua, aku pasti lebih senang guru memang adalah teman hati :)
Mba...keren banget. Aku langsung kebayang kalangan borjuis. Beneran ada yah begitu? Btw, aku juga heran temanku seneng banget ku bonceng naik motor butut. Katanya seumur hidup belum pernah naik motor.
ReplyDeletesemoga menang ya lombanya
ReplyDelete