Dulu waktu SMA jaman saya beda
dengan sekarang,, ngga ada yang namanya siswa pegang hp,, apalagi naik sepeda
motor sambil kebut2an....
Terlepas dari perbedaan yang memang
dah beda jamannya ada sosok yang menarik yang saya akan ceritakan di sini. Ini
bermula karena tugas biologi kelompok kemarin -kemarin saya ngga begitu
memperhatikan teman-teman sekelas apa lagi yang lawan jenis. Ingat banget Bu
Ida guru biologi membagi petkelompok 3 orang untuk menyusun tugas biologi hewan
mamalia setelah sekolah mengadakan outing ke bon bin ragunan. Saya.. Fahmi dan
iwan. Bagi saya waktu itu berat banget karena perempuan satu-satunya,, mau ngga
mau sayalah harus aktif nah disitu awalnya saya kenal iwan.. manusia yang super
super diem ngga pernah ngobrol datang ke kelas last minute mau masuk dan pulang selalu cepet yang namanya ngobrol
dan negor ngga pernah bagaimana saya bisa kerjasama dengan Iwan ini.
Suatu hari saya cegat dia depan pintu kelas,,
" maaf wan,, gimana nih dengan
tugas,, tinggal kamu yang belum ngumpul in data Fahmi sudah!"
"Oh,, gitu,, ya,, ?sambil
terburu-buru menjawabnya,, “gini aja deh biar aku yang nyusun! Katanya sambil
mengambil map kertas ditangan saya.
Beneran,, kita ngga perlu
diskusi?" Kemarin Fahmi ke rumahku?"
"Ngga perlu deh,, atau aku yang
nyusun tinggal kamu yang edit!"
"Ooh gitu!" Okelah ini
disket nya..!" "Aku ngga ada komputer.. ada mesin tik itupun sudah
rusak,,, besok pasti aku selesaikan.. kamu aja yang lanjutkan ketik.." oke
ya!”... Sambil berlalu dan memasukkan map kertas ke dalam tasnya.
Ternyata besoknya iwan ngga masuk sampai dua
hari berturut-turut,, eeiit padahal tinggal dua hari lagi paling lambat karya
tulis harus dikumpulkan..
"Gimana nih Fahmi.. smua foto ada di
Iwan?"
"Kita ke rumahnya besok pagi,, tunggu aku
di halte gramed y... jam 10..!"
"On time... ya..!"
"Siyaaapp.."
Keesokkan harinya.. "kamu
beneran tahu rumahnya?"
"Iya.. di belakang pasar
palmeriem,," kita jalan aja deket kok!" "Itu rumahny!”
kok keliatan sepi aja,,mi?" Sambil
memandang rumah setengan triplek dengan halaman yang luas dan banyak sekali
jemuran.
"Tuch.. Iwan!"
...Wan...!" Teriak fahmi sambil mendekat..
Iwan yang sedang membawa ember besar agak
terkejut kemudian buru-buru menghampiri kami. "Maaf,, ti.. fahmi.. emak ku sakit sudah.dua hari jadi
aku harus gantiin kerjaanny.. ayo masuklah!" ,,
saya melirik ember yang di bawa Iwan tadi
berisi baju yang habis di cuci.. oohh jadi....
. "Hei... ti... !" Seraya
Fahmi menepuk pundakku dan membuyarkan lamunan. "Bengong..duduklah!"
"Ibu mu sudah enakkan wan?"
"Sudah... nak.. alhamdulillah."
Tiba-tiba muncul suara perempuan separuh baya agak kurus memang tapi.. kok
tatapanny teduh banget.. suka sekali melihat wajah ibu ini.. kepalanya di ikat
selendang kecil mungkin untuk meringankan sakit kepalanya.. sambil tersenyum
ibu itu duduk disamping Iwan.. "maafkan Iwan ya nak... gara-gara Iwan jadi
kalian repot-repot kesini.. maaf juga rumahnya berantakan!"
"Tidak apa-apa bu...!"
kata Fahmi..
Masih ada rumah sesederhana ini di Jakarta..
kamarnya hanya disekat tripilek tidak ada pintu dan ubinnya bukan marmer atau
keramik tapi tanah merah yang sudah rata mungkin karna sering di injak-injak
jika melihat ke atas susunan gentengpun terlihat karena tidak dibatasi dengan
aternit.
"Ti.... ti.....!"
"Ha..." ujarku kaget.
"Bengong terus dari tadi!" Gurau Fahmi..
"Bingung ya..ti... liat rumahku!"
"Ya beginilah!"ujar Iwan sambil memberi map kertas uang sedari tadi
berada di atas meja kecil. "Emak...istirahat saja .. ya... semua sudah
Iwan cuci tinggal dijemur!" Kata Iwan lagi sambil memegang pundak ibunya.
"Iya..bu.. istirahat saja maaf
juga kedatangan kami mangganggu istirahat ibu!" Ujar saya sambil terseyum.
"Ibu sudah sembuh.. sebentar
ibu ambilkan minum!" "Tidak usah bu.. kami hanya sebentar.. trima kasih!"
Ujar Fahmi
"Ya..sudahlah emak balik ke
kamar ya...!"
"Iya... bu...!" Ujar kami hampir
bersamaan
"Oke..lah wan...kita
balik..!" "Maafin aku juga ya... sebenarnya aku mau masuk sekolah
tapi gak tega ninggalin emakku yang sedang sakit.. tugasnya sudah selesai dari
kemarin... tapi..."
"Ah... sudahlah wan.. klo gak
beginikan kita ngga bakal kerumahmu..!" kataku menyela omongan Iwan..
"Ok.. kami pamit!"
"Makasih sekali lagi.. maaf
ngga bisa antar..!"
"Iya.. ngga apa-apa"
Dikejauhan aku sempat menoleh dan melihat Iwan sedang menjemur pakaian.
"Itu pakaian Iwan semua mi...
banyak sekali cuciannya!"
"Eiiit.. bukan.. ibunya Iwan itu buruh
cuci ada tujuh sampai sepuluh.rumahlah yang dicuci dipegang ibuny Iwan... jadi
setiap pagi Iwan tuh mngambil pakaian kotor ke rumah-rumah kemudian sorenya dia
mngantarkan pakaian yg sudah rapi yang sudah digosok... bapaknya sudah lama
meninggal..."
"Oh.. itu yang mungkin
menyebabkan dia selalu masuk kelas last minute lonceng berbunyi juga pulang
selalu cepat-cepat... SALUT mungkin itu kata-kata untuk Iwan.. jauh dari sikap
diam ada jiwa penuh tanggung jawab...
Itu kejadian 25 tahun silam sekarang
dihadapan berdiri seorang dokter yang cukup ganteng lah hiks,, maaf..
Dr Iwan Satria Sp.BM mungkin saya
tipe orang yang selalu mudah mengingat orang terlebih orang-orang ada daya
tarik pada dirinya.. tahi lalat di dagunya itu yang ala-ala artis rano karno mengingatkan
saya pada dirinya... Ketika dia memeriksa gigi azka anak saya.. sikapnya masih
seperti biasa super diam tapi kini sedikit ramah terhadap anak-anak..
"Anak ibu sepertiny tidak usah dibedah cukup di cabut saja tahan ya nak..
ngga sakit kok.. pernah digigit semut nah kayak gitu.." ujarnya sambil
memberu senyum kepada anak saya",,,selesai,," ngga sakit kan..
ujarnya lagi.
"Makasih Dr. Iwan Dos Q kan..?"
Iwan sedikit terkejut kemudian
mengerinyatkan dahiny...
"lupa ?" Lanjutku lagi...
"ingat Fahmi begeng?"
"MasyaAllah... utie... wow...
akhirnya... tahu gak sih aku nyariin kamu tuch sampe... akhirny?.. ini
anakmu?"
"Iya.. Azka.."
"Azka... sudah buang kapasnya
... nak!..jagoan ini!" Katanya sambil mengusap kepala anakku "kita
ngobrol sebentar tie. Bisa?"
"Kabar ibu mu bagaimana
wan..?" Sesaat ktika kita telah sampai di cafe rumah sakit.. sedangkan
azka anakku asik dengan buku petualangan tintinnya.
"Alhamdulillah.. baik.. sehat”...
Iwan menceritakan dari awal bagaimana dia bisa
mnjadi dokter mendapat beasiswa ke Jerman hingga akhirny ada di rumah sakit
ini.. Berdecak kagum dengan semangatnya semangat karena ingin membahagiakan
ibunya semangat dengan keterbatasan ekonomi justru memicu untuk merubahnya
menjadi lebih baik... great wan ... i'm proud of you...
"Ada suatu pertanyaan yang
ingin kutanyakan padamu? "Tie kenapa kamu tidak bilang bahwa sebenarnya
yang mendapat program PMDK itu kamu tapi kamu malah memberikannya untukku aku
baru tahu dari bu Ida ketika minta legalisir ijazah.."
Pertanyaan belum sempat terjawab karna abiny
azka keburu datang dan memang tidak akan pernah aku jawab wan.... kakakku 4
orang sudah menjadi sarjana wan.. rasanya cukup bagi orangtuaku.. sedangkan
ibumu hanya kaulah satu-satunya harapan.. itu alasanku wan...."
Sukses terus ya wan.... !" Kataku lirih sambil
melambaikan tangan.
Sukses itu milik semua orang asal
mereka mau berusaha dan tidak hanya bermimpi pasti akan terwujud,
Nb
: (Dos Q : sekolah Muhammadiyah entah awalny dari mana pokokny tiba-tiba
disebut Dos Q)
(PMDK : program penerimaan mahasiswa
tanpa test bias any dilihat dari nilai raport dr kls 1 s/d 3)
(disket : semacam flashdish klo jaman
sekarang disebutny}
Wah baiknya mba Utie :) turut bangga dan senang y mba kalau teman satu perjuangan menjadi sukses. Semoga mba dan keluarga pun sukses serta sehat sll ^^
ReplyDeletesalam kenal mba